Virus Corona dan Wabah Kebencian Rasial

Aksi rasial yang diduga terkait virus corona (Covid 19) menimpa seorang perempuan asal Cina di Inggris. Xinhua Wu, perempuan berusia 34 tahun harus menerima perlakukan sepasang laki-laki dan perempuan yang melemparan bir kepadanya.
Dilansir dari BBC, kejadian itu dialami Xinhua Wu saat dirinya bersepada. Saat itu Wu tengah bersepeda di lokasi kejadian. Sebuah mobil kemudian melintas lambat di sebelahnya.
Pasangan yang berada di dalam mobil tersebut tertawa ketika mereka melemparkan bir kepada Wu. Bir tersebut mengenai tepat di jaketnya, wajah dan di mulutnya.
Wu yang diketahui memiliki tiga anak ini yakin bahwa perlakuan yang diterimanya tersebut bermotivasi rasial. Hal itu diyakininya terkait dengan wabah virus corona yang saat ini tengah menyebar di hampir seluruh dunia.
Wu juga mengatakan, dirinya sangat terkejut dan merasa merasa malu akibat kejadian itu. Bahkan kata dia, seorang pria yang berada di dalam truk yang saat itu tengah melintas di dekat lokasi kejadian hanya tertawa menyaksikan peristiwa itu.
“Saya sangat kecewa dengan kejadian itu. Dia melihat segalanya tetapi tidak mengatakan apa-apa kepada pria tersebut atau bertanya bertanya sesuatu kepada saya,” katanya.
Menurut Wu, orang-orang tersebut tidak mengatakan kepada dirinya. Namun Wu yakin perlakuan yang diterimanya itu terkait dengan penyebaran virus corona. Pasalnya, kata dia, banyak orang yang menghubungkan orang-orang Asia dengan hal itu.
“Saya selalu melihat hal rasis semacam ini di berita, tetapi saya tidak pernah menduga hal itu terjadi pada saya. Saya merasa tidak aman dan tidak aman.”
Sementara itu, suami Wu Mark Corbett mengatakan, dirinya marah dan menyebut perlakuan itu konyol karena dilakukan dalam situasi seperti ini.
“Sesuatu yang mereka anggap lucu untuk sesaat bisa berdampak lama pada istriku,” kata dia.
Keduanya mengatakan mereka menghargai dukungan yang mereka terima dari para tetangga. Pihak kepoliisan juga telah mencatatnya sebagai kejahatan rasial dan mendesak siapa pun yang melihatnya untuk melaporkan.
Aksi rasial terkait virus corona bukan kali ini terjadi, di pusat wilayah bisnis (CBD) Melbourne, Australia, dua pelajar internasional beretnis Tionghoa diserang orang asing, Rabu, 15 April 2020.
Peristiwa itu terjadi saat keduanya sedang berjalan kaki di sepanjang Elizabeth Street menuju Woolworths. Keduanya lalu dihadang sekelompok orang yang terdiri dari dua perempuan berusia 20-an dan seorang pria.
Dilaporkan Nine News, mereka diminta untuk kembali ke Cina. Mereka juga diejek soal virus corona. Pelajar Universitas Melbourne itu kemudian menanggapi ejekan tersebut. Kedua pelajar berusia 18 dan 20 tahun itu lalu diserang oleh salah satu perempuan dari kelompok itu.
Sikap rasial juga terjadi di Cina yang menimpa warga negara Afrika. Menurut laporan BBC, 19 April 2020, di Guangzhou, seorang mahasiswa asal Sierra Leone mengatakan mahasiswa asal Afrika mendapatkan diskriminasi.
Menurutnya, hal ini terjadi karena ada peningkatan kasus virus corona yang diimpor, dan mayoritas adalah warga Cina. Sementara hanya sedikit dari mereka yang merupakan warga negara Arfika.
Salah seorang warga negara Afrika tersebut mengaku menerima surat dari kampus yang menyatakan setiap mahasiswa asal Afrika harus dilakukan tes. Selain itu, sekalipun sudah menjalani tes dua kali, mereka juga harus menjalani karantina.
Aksi-aksi kebencian tersebut sebenarnya sudah diingatkan Yuval Noah Harari seorang sejarawan Israel yang juga profesor di Departemen Sejarah Universitas Ibrani Yerusalem.
Dia mengatakan bahaya terbesar bukan virus yang saat ini tengah mewabah di hampir seluruh dunia bukanlah virus itu sendiri, namun bahaya terbesar itu adalah kebencian, keserakahan dan kebodohan.
Penulis buku best seller Sapiens dan Homo Deus itu juga menyebut kemanusiaan telah memiliki semua pengetahuan yang bersifat ilmiah dan teknologi untuk mengatasi virus.
“Masalah terbesar adalah iblis batiniah kita sendiri, kebencian kita sendiri, keserakahan dan ketidaktahuan kita sendiri. Saya takut orang bereaksi terhadap krisis ini bukan dengan solidaritas global, tetapi dengan kebencian, menyalahkan negara lain, menyalahkan etnis dan agama minoritas,” katanya dalam wawancara yang dilansir dari DW.com.
Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan untuk keluar dari krisis akibat virus corona yang mewabah adalah kasih sayang yang memunculkan solidaritas global. Dengan solidaritas global, akan memunculkan kemurahan hati untuk membantu mereka yang membutuhkan.
“Kita mampu untuk membedakan kebenaran dan tidak percaya semua teori konspirasi ini. Jika kita melakukan itu, saya tidak ragu bahwa kita dapat dengan mudah mengatasi krisis ini,’ ujarnya.
#