Pandemi Virus Corona, Harari: Bahaya Terbesar adalah Kebencian

Yuval Noah Harari seorang sejarawan Israel yang juga profesor di Departemen Sejarah Universitas Ibrani Yerusalem. Menyatakan bahaya terbesar bukan virus yang saat ini tengah mewabah di hampir seluruh dunia. Bahaya terbesar adalah kebencian, keserakahan dan kebodohan.
Penulis buku best seller Sapiens dan Homo Deus itu juga menyebut kemanusiaan telah memiliki semua pengetahuan yang bersifat ilmiah dan teknologi untuk mengatasi virus.
“Masalah terbesar adalah iblis batiniah kita sendiri, kebencian kita sendiri, keserakahan dan ketidaktahuan kita sendiri. Saya takut orang bereaksi terhadap krisis ini bukan dengan solidaritas global, tetapi dengan kebencian, menyalahkan negara lain, menyalahkan etnis dan agama minoritas,” katanya dalam wawancara yang dilansir dari DW.com
Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan untuk keluar dari krisis akibat virus corona yang mewabah adalah kasih sayang yang memunculkan solidaritas global. Dengan solidaritas global, akan memunculkan kemurahan hati untuk membantu mereka yang membutuhkan.
“Kita mampu untuk membedakan kebenaran dan tidak percaya semua teori konspirasi ini. Jika kita melakukan itu, saya tidak ragu bahwa kita dapat dengan mudah mengatasi krisis ini,’ ujarnya.
Menurutnya masyarakat saat ini tengah menghadapi antara dua pilihan, pengawasan yang totaliter dan pemberdayaan warga.
Harari juga menjawab pertanyaan terkait negara yang menerapkan mekanisme pengawasan digital untuk mencegah penyebaran virus. Menurutnya peningkatkan pengawasan terhadap warga harus selalu berjalan seiring dengan meningkatnya pengawasan dari pemerintah.
Dalam krisis ini, kata dia, pemerintah di sejumlah negara telah membelanjakan uang. Bahkan Harari menyebut di negara AS, 2 triliun dollar, di Jerman ratusan miliar euro, dan sebagainya. Namun sebagai warga negara masyarakat harus mengetahui siapa yang membuat keputusan tersebut dan ke mana uang itu mengalir.
“Apakah uang itu digunakan untuk menyelamatkan perusahaan besar yang bermasalah bahkan sebelum epidemi karena keputusan yang salah? Atau apakah uang itu digunakan untuk membantu usaha kecil, restoran dan toko dan hal-hal seperti itu?” katanya.
Harari sebelumnya juga kerap menyikapi wabah virus corona yang saat ini tengah melanda negara-negara di dunia. Melalui tulisan-tulisannya yang dimuat di berbagai media, Harari menyikapi dengan perspektif sejarah.
Harari di laman The Guardian pada 20 April 2020 juga menyinggung pandangannya soal kematian terkait virus corona dengan judul “Yuval Noah Harari: Will coronavirus change our attitudes to death? Quite the opposite”.
Hariri berpandangan bahwa dunia modern dibentuk oleh keyakinan bahwa manusia dapat mengelak dari kematian. Menurutnya, hal itu adalah suatu sikap baru yang revolusioner, meskipun sejarah mencatat bahwa manusia tunduk kepada kematian.
Bahkan, agama dan ideologi dalam melihat kematian tidak hanya sebagai sebuah takdir, tetapi sebagai sumber utama makna dalam kehidupan. Kematian dianggap sebagai peristiwa paling penting dari keberadaan manusia setelah embusan napas terakhir.
Menurut Hariri, mereka meyakini hanya dengan kematian rahasia kehidupan akan tersingkap. Karena dengan cara itu manusia mendapatkan keselamatan yang kekal, atau menderita penderitaan yang kekal.
Namun menurut Harari, kematian adalah soal kesalahan teknis dalam mekanisme tubuh manusia. Hal itu menurutnya dapat dihindari seiring keilmuan yang dimiliki manusia itu sendiri. Manusia dapat mengelak dari kematian jika menghindari kesalahan-kesalahan teknis seperti infeksi virus, dan persoalan-persoalan teknis lainnya.
#