Efek Social Distancing, Hilang Nafsu Makan Hingga Stres

Penerapan social distancing ataupun karantina wilayah dan individu yang mengimbau agar warga tetap berada di rumah ternyata tak sepenuhnya baik bagi kehidupan seseorang. Pandemi Virus Corona yang mengharuskan seseorang agar tidak keluar rumah memiliki dampak buruk bagi kesehatan mental.
Banyak negara bahkan menerapkan lockdown dan melarang semua kegiatan yang mengumpulkan jumlah massa dalam skala besar. Tak hanya itu, sekolah, perguruan tinggi dan kantor telah menerapkan kegiatannya untuk dilakukan di rumah.
Selain itu kondisi restoran dan tempat makan lainnya juga demikian, para pemiliknya memilih menutupnya demi menghalau penyebaran virus Corona. Jarak sosial semacam itu dapat menghentikan, atau paling tidak memperlambat, penyebaran COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru.
Melansir sciencenews.org, Joshua Morganstein, seorang psikiater dan pakar kesehatan mental bencana di Uniformed Services University, Meryland, Amerika Serikat mengatakan, bagi sebagian orang kurangnya keterhubungan sosial berdampak pada hilangnya nafsu makan.
Penelitian tersebut dilakukan bagi para korban psikologis dari social distancing selama epidemi. Para peneliti mengevaluasi 24 studi yang mengamati hasil psikologis orang-orang yang dikarantina, bentuk ekstrim dari social distancing, selama wabah SARS, flu H1N1, Ebola dan penyakit menular lainnya sejak awal 2000-an.
Dari penelitian itu menyatakan, banyak individu yang dikarantina mengalami masalah kesehatan mental jangka pendek dan jangka panjang, termasuk stres, insomnia, kelelahan emosional, dan penyalahgunaan zat.
Studi itu membandingkan individu yang dikarantina versus yang tidak dikarantina selama wabah equine influenza. Dari 2.760 orang yang dikarantina, 34 persen, atau 938 orang, melaporkan tingkat tekanan psikologis yang tinggi, yang dapat mengindikasikan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, selama wabah dibandingkan dengan 12 persen dari orang yang tidak dikarantina.
#